Percobaan yang dilakukan kali ini
yaitu grinding dan sizing, tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan
ukuran (diameter) partikel padat umpan (feed) dan produk hasil grinding dengan
menggunakan analisis ayakan dan untuk menghitung energi kominusi yang
dibutuhkan dengan mereduksi ukuran diameter umpan Dpawal menjadi Dpakhir.
Grinding merupakan suatu unit operasi yang berfungsi untuk memperkecil
ukuran, istilah lain dari grinding yaitu pemecahan dan penghalusan atau
panghancuran (size reduction).
Proses
grinding merupakan suatu proses penghancuran yang meliputi semua metode yang
digunakan untuk mengolah zat padat menjadi ukuran yang lebih kecil, dengan
proses grinding ukuran material bahan dapat diperkecil sesuai dengan ukuran
yang diinginkan. Material bahan yang telah melalui proses grinding maka
disempurnakan dengan proses sizing, proses sizing merupakan suatu unit operasi
yang berfungsi untuk mendapatkan padatan-padatan yang ukurannya homogen atau seragam, screening merupakan istilah yang
digunakan dalam teknik kimia untuk
proses sizing. Proses sizing juga dikenal dengan istilah pengayakan, proses ini
digunakan terutama untuk pemisahan campuaran padat-padat. Sistem pemisahan
dengan proses sizing ini berdasarkan
atas perbedaan ukuran. Ukuran besar lubang ayak (atau lubang kasa) dari medium
ayak dipilih sedemikian rupa sehingga bagian yang kasar tertinggal di atas
ayakan dan bagian-bagian yang lebih halus jatuh melalui lubang. Ukuran yang
lolos melalui saringan biasanya disebut sebagai undersize dan partikel yang
tertahan atau tertinggal di atas ayakan disebut oversize.
Prinsip yang mendasari percobaan
grinding dan sizing ini yaitu berdasarkan tumbukan, atrisi (kikisan) dan
gabungan dengan kompresi (tekanan), berdasarkan deret ayak standar Tyler (Tyler standard screen series) dan
berdasarkan perbedaan ukuran partikel-partikel dari butiran beras.Pada percobaan grinding dan sizing
ini umpan yang digunakan yaitu beras. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
beras ditimbang dengan menggunakan neraca teknis, kemudian di ambil 20 butir
beras, pengambialan 20 butir sampel beras dikarenakan sampel tersebut mewakili
dari beras keseluruhan untuk ditentukan Dpawalnya. Setelah itu
ditentukan diameter beras dengan menggunakan jangka sorong, pengukuran diameter beras di ukur secara memanjang, hal
ini dikarenakan pada saat proses grinding berlangsung beras akan terpotong
secara vertikal dari panjang beras.
Penentuan Dpawal yaitu dengan merata-ratakan diameter 20 butir
sampel beras, karena Dpawal diperkirakan
mendekati
dari ukuran beras keseluruhan. Penentuan Dpawal ini bertujuan untuk
menentukan energi yang dibutuhkan oleh mesin grinding. Setelah ditentukan
diameter sampel beras, beras dimasukkan pada mesin grinding secara
perlahan-lahan atau tahap demi tahap. Pada mesin grinding terjadi gaya
sentrifugal, gaya sentrifugal merupakan suatu gaya yang menjauhi pusat putaran
karena adanya putaran yang yang sangat cepat. Dengan adanya gaya sentrifugal
beras akan mengalami pukulan dan tekanan sehingga beras pecah menjadi fragmen
yang lebih kecil sehingga terbentuk
tepung beras.
Hasil dari mesin grinding ditampung dengan menggunakan karung
yang berbahan kain yang dipasang pada bagian bawah mesin grinding. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
grinding yaitu pemecah atau penggiling yang ideal yaitu mempunyai kapasitas
besar, memerlukan masukan daya yang kecil persatuan hasil produk, menghasilkan
hasil dengan satu ukuran tertentu atau dengan distribusi ukuran tertentu dengan
yang dikehendaki, hasilnya
dapat dikeluarkan secepat mungkin setelah partikel mencapai ukuran yang
dikehendaki, dalam pemecah dan penghalusan bahan-bahan mempunyai titik beku
rendah dan memiliki kepekaan terhadap kalor. Dalam operasi penghancuran
terdapat istilah kominusi, kominusi yaitu proses mereduksi ukuran butir atau
proses meliberasi bijih. Yang dimaksud dengan proses meliberasi bijih adalah
proses melepaskan bijih tersebut dari ikatannya yang merupakan gangue mineral
dengan menggunakan alat crusher atau grinding mill.
Tepung beras hasil proses grinding
ditimbang
kembali dengan menggunakan neraca teknis, kemudian tepung beras dibagi menjadi
tiga bagian dengan massa yang sama. Kemudian dilakukan proses lebih lanjut
yaitu proses sizing, proses sizing
yaitu proses penyamarataan ukuran dalam ayakan sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki sehingga ukuran partikel menjadi homogen. Ayakan
yang digunakan mempunyai dua ukuran yaitu ukuran panjang dan mesh number
(jumlah lubang dalam 1 inchi). Seperangkat ayak standar disusun secara deret
dalam suatu tumpukan, ayakan dengan anyaman paling rapat (halus) ditempatkan
paling bawah dan ayakan dengan anyaman
paling besar paling besar (kasar) ditempatkan di paling atas. Pada percobaan
kali ini menggunakan empat ayakan yang tersusun dari yang paling besar sampai
paling rapat dengan ukuran ayakan sebagai berikut: D1 = 20 mesh (0,850 mm); D2
= 60 mesh (0,25 mm); D3 = 80 mesh (0,18mm) dan D4 = 100 mesh (0,15 mm). Semakin
besar ukuran diameter ayakan dalam mesh maka akan dihasilkan produk yang
semakin halus, semakin banyak susunan ayakan yang diguanakn dalam proses sizing
maka akan didapatkan ukuran partikel yang lebih kecil. Kemudian tepung beras dimasukkan ke dalam ayakan yang
paling atas, lalu tumpukan ayakan tersebut diguncang secara mekanis selama
beberapa menit dengan variasi waktu 5 menit, 10 menit dan 15 menit. Setelah
dilakukan proses sizing, tepung beras yang tertahan pada setiap ayakan dan
penampung ditimbang kembali dengan menggunakan neraca teknis. Kemudian
ditentukan Dpakhir dari 80% fraksi lolos. Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses sizing diantaranya yaitu: interfensi
oleh hamparan terhadap gesekan masing-masing partikel, kohesi antara partikel
satu sama lain, adhesi terhadap permukaan ayakan dan arah tumbukan partikel
pada permukaan ayakan.
Adapun fakto-faktorr
yang berpengaruh terhadap efisiensi
pengayakan yaitu:
a)
Bentuk material bahan
Material bahan padat
biasanya lebih mudah lolos jika dibandingkan dengan padatan yang berbentuk
bola, jarum, atau sisik yang relatif lebih sukar untuk lolos karena akan
menyumbat ayakan. b)
Pemilihan intensitas
gerakan dan waktu tinggal bahan di atas ayakan harus selektif agar setiap
butiran dari padatan paling sedikit satu kali berada pada sebuah lubang ayakan. Gerakan pengayakan yang
terlalau kuat dapat menyebabkan pengecilan ukuran akibat pengikisan, terutama
pada bahan yang lunak. Selain itu efisiensi pengayakan akan turun jika bahan
yang diayak berbentuk lapisan tebal atau bergerak terlalau cepat.c)
Kelembaban material, penggumpalan yang
terjadi pada proses pengayakan diakibatkan adanya material yang lembab sehingga
menempel pada lubang ayakan dan menutup lubang tersebut yang secara otomatis
akan mengganggu proses pengayakan.d)
Ukuran mesh, probabilitas
lolosnya suatu partikel melalui ayak bergantung pada fraksi permukaan yang berupa bubukan, pada rasio diameter partikel terhadap lebar lubang ayak dan pada jumlah kontak antara partekel dengan permukaan ayak.e)
Gerakan dan waktu
tinggal bahan (efektivitas ayak).Waktu ayakan tidak berpengaruh terhadap energi atau daya
yang dibutuhkan oleh mesin penggrinding, akan tetapi energi atau daya yang dibutuhakn oleh mesin
penggrinding dipengaruhi oleh besarnya ukuran matertial bahan. Semakin banyak
ayakan yang digunakan maka akan didapatkan produk dengan ukuran partikel yang
lebih halus.
No comments:
Post a Comment